Jl. Semolowaru no. 45 Surabaya
Jl. Semolowaru no. 45 Surabaya
Feb
Hari radio sedunia diperingati pada 13 Februari setiap tahunnya, peringatan ini dibuat untuk mengapresiasi peran radio di dunia, UNESCO menetapkan tema “Radio dan Perdamaian”. RRI Surabaya membuat acara untuk memperingati radio sedunia yang di hadiri Dosen Untag Surabaya, A.A.I. Prihandari Satvikadewi, S.Sos., M.Med.Kom dan Isa Ansori sebagai narasumber di RRI Surabaya. Acara ini berlangsung pada hari kamis 16 Februari 2023 pukul 19.30-21.00 di Cangkrukan Surabaya dengan tema radio dan perdamaian. Vika merupakan dosen ilmu komunikasi Untag Surabaya yang biasa mengampu mata kuliah penulisan naskah radio-tv, metodologi penelitian sosial, teori komunikasi, hingga creative writing. Ibu Vika juga mengeluti kegiatan akademik, beliua juga dikenal sebagai penulis fiksi dan puisi juga dikenal aktif melakuan advokasi terkait autisme, saat ini ia tercatat menjabat sebagai wakil ketua yayasan sdvokasi sadar autisme (ASA) Surabaya.
Dalam pemaparannya, Vika menyampaikan bahwa radio di Indonesia berkembang tidak seperti yang diharapkan orang-orang radio yang berharap mungkin perkembangannya jauh lebih luar biasa. Cukup banyak stasiun radio menutup stasiunnya di Indonesia, kalau secara fisika ada positif ada negatif. Positif berarti tambah kenceng berarti dinamikanya luar biasa dalam berbagai kemunculan media-media baru lalu di tengah-tengah itu dia bertahan karena ada yang berusaha untuk memunculkan inovasi ada yang menyerah ada yang kemudian going the flow. “Artinya sebuah radio itu harus ada perkembangan di dalam konten-kontennya yang menarik supaya itu tidak ditinggalkan pendengarnya’’, papar Vika.
Konten-konten yang menarik pastinya yang dapat memberi kenyamanan bagi para pendengarnya dan orang dalam mendengarkan informasi sering melihat penyiarnya. Suara dari penyiar menjadi sesuatu yang sangat di jual oleh radio dan bunyi music dan elemen -elemen lain dari luar suara penyiar. Menurut Vika, untuk bisa mendorong perdamaian, setidaknya ada dua yang pertama adalah moderasi dan yang kedua adalah verifikasi. Radio harus memerankan itu menjadi mengambil peran moderasi. Sedangkan yang menjadi strategis dilakukan oleh radio dalam perang moderasi beragam dan tergantung kreativitas orang radio, mungkin bisa PSE atau publik atau testimoni. “Misalnya seolah -olah tidak sengaja dan di sukai masyarakat yang membuat hal ini menjadi strategis’’, saran ibu vika sebagai narasumber RRI Surabaya.
Narasumber lainnya, Isa Ansori juga menambahkan orang-orang dulu kalau punya radio akan dirawat dengan sangat baik dan kalaupun dipindah sedikit saja gelombang radio nya akan terputus. zaman orde baru Itu di mana radio punya peran dan sangat keras dan strategis karena mempunyai campuran-peran yang sangat vital. “Radio zaman dulu menjadi salah satu media paling bisa menjangkau di manapun kita berada sampai dengan pulau-pulau terpencil’’, papar Isa sebagai narasumber di RRI Surabaya. (Fransiskus Antonius Harap)