06

Mar

Seni Ketertarikan dalam Interaksi Sosial

Value attracts value. Satu kutipan singkat yang barangkali telah familiar di telinga penikmat bacaan self-improvement. Barangkali satu waktu pula teman-teman pernah mendengarnya langsung dari seorang pembicara atau teman bicara. Sebuah kutipan singkat yang makna pemahamannya mampu menjadi sangat luas ketika kita membicarakannya lebih jauh pada ranah sosial kita, interaksi. Keterkaitan antara sebuah nilai dan ruang interaksi yang kita jalani dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana sebuah nilai akan begitu berpengaruh dalam membentuk proses interaksi antar sesama manusia begitu pula kehidupan pribadi kita. Iya, konsep nilai menarik nilai disini tentu sangat berpengaruh meski barangkali kita belum pernah menyadarinya sekalipun.

Sebuah nilai diri yang kita miliki, yang orang lain miliki, kerap kali akan menjadi satu gelombang untuk saling tarik menarik apabila mendapati satu keterkaitan tertentu. Merasa satu frekuensi bahasa singkatnya. Nilai diri yang tertanam dalam diri masing-masing akan memancarkan sinyal-sinyal tertentu, mengukuhkan siapa diri kita, dan ketika dalam satu waktu mendapati pancaran yang sama, perasaan satu value yang sama, maka secara kecenderungan manusia akan mudah saling tertarik satu sama lainnya. Hal ini bukan berarti hanya berlaku pada hubungan romansa layaknya seorang pasangan atau orang yang kasmaran, tentu tidak. Hal ini berlaku secara umum terhadap semua pola interaksi yang kita lalui dengan manusia lainnya. Satu waktu ketika kita bertemu teman sesama komunitas, teman kelas, manusia asing lain yang bahkan baru pertama kali kita temui. Mungkin memang kita belum pernah menyadari secara gambling akan fenomena ini, akan tetapi ketahuilah, perasaan ketertarikanmu, pun ketertarikan orang lain terhadap dirimu, kemungkinan besar adalah hasil dari akumulasi keterkaitan value diri kalian masing-masing.

Melalui adanya sebuah nilai diri yang saling tarik menarik yang apabila lebih lanjut akan mampu menjadi sebuah pola hubungan yang bermakna atau bahkan sebuah komunitas tersendiri, maka sebuah kesimpulan subjektif yang dapat kita paparkan bersama yakni dengan siapa kita bersama saat ini, dengan siapa kita membentuk ruang interaksi saat ini, dan dengan siapa kita menjadi nyaman dalam menjalani pola kehidupan pribadi, merupakan sebuah gambaran akan apa dan bagaimana nilai diri kita selama ini tertanam dan bertumbuh. Dengan mengetahui ini pula maka akan jauh menjadi lebih bijak apabila kita mampu terus berupaya meningkatkan nilai diri kita, bukan dalam rangka untuk memutus hubungan interaksi dengan relasi yang sebelumnya, akan tetapi untuk menjadikan kehidupan kita juga semakin bernilai dan berpola menjadi nilai yang lebih bermakna. Karena dengan siapa dan bagaimana kita sering berinteraksi juga akan menentukan ke arah mana hidup kita akan berjalan.

(Dziyaaul Hubbi Arsyad)