Jl. Semolowaru no. 45 Surabaya
Jl. Semolowaru no. 45 Surabaya
Mei
Surabaya –
Wisma Jerman di Jalan Taman AIS Nasution, nomor 15, Embong Kaliasin, Kecamatan
Genteng, Surabaya, menjadi saksi acara penting bertajuk “Rintihan Terakhir Kali Surabaya, The Silent River”.
Acara ini diselenggarakan 2
hari, Kamis (24/04) dan Jumat (25/04) oleh Ecoton dalam rangka “Mengenang 50
Tahun Tragedi Kematian Ikan Massal di Kali Surabaya” yang berkolaborasi dengan
Aliansi Komunitas Penyelamat Bantaran Sungai dan beberapa mahasiswa dari
Surabaya dan sekitarnya, salah satunya mahasiswa Ilmu Komunikasi dari
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, menghadirkan pameran dan diskusi publik
yang dihadiri oleh DLH Kota Surabaya, Srifatunningsih, S.T. selaku ketua tim
kerja pemantauan dan pengendalian lingkungan hidup, Kepala Bidang Operasi dan
Pemeliharaan (OP), Balai Besar Wilayah Sungai, Musdiyanto Muhti S.T., M.T.,
Direktur Operasi PDAM Surya Sembada Kota Surabaya, Nanang Widyatmoko, S.T.,
Kepala Sub Divisi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Brantas 3, Teguh
Bayu Aji. Selain itu juga menghadirkan pemutaran film dokumenter yang mengangkat
kisah dan suara sungai yang terabaikan.
Menurut Prigi Arisandi, M.
Si, selaku Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah
(Ecoton), pencemaran Kali Surabaya sudah memasuki tahap darurat. “Sungai ini
menjerit, limbah domestik dan industri masuk setiap hari, sementara upaya
pemulihan belum sebanding dengan kerusakannya,” ujarnya.
Temuan ini juga diperkuat
oleh hasil survei yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa dari beberapa kampus
di Surabaya dan sekitarnya. Salah satunya, 2 mahasiswa Ilmu Komunikasi
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya bernama
Aldamar Maulana dan Aristoteles Ahmad yang membahas “Persepsi Masyarakat
Tentang Kali Surabaya”, dengan hasil yang cukup memprihatinkan sebanyak 76 %
tidak mengetahui bahwa bahan baku PDAM di Surabaya berasal dari Kali Surabaya,
dimana mereka juga melupakan bahwa dulunya Kali Surabaya memiliki 60 jenis
ikan, dan sekarang hanya tersisa 20 jenis ikan akibat dari pencemaran dan
ketidak pedulian “Makhluk Tuhan” terhadap sungainya. (Rizki
Setyo Nugroho/Rafel Andriyanto)