08

Mar

Menjadi Pribadi yang Lentur lewat Konsep Neuroplastisitas

Neuroplastisitas, sebuah kata asing yang barangkali teman-teman sekalian belum familiar atau bahkan baru pertama kali membacanya. Tentu sebuah kata neuroplastisitas tidak akan pula jauh ranahnya dari bidang ilmu biologi atau ilmu sains. Tapi bukan dengan itu menjadikan tulisan ini akan terlalu jauh membahas pada bidang ilmu sains, melainkan melalui sebuah perspektif ilmu sains ini, mari kita lebih memaknai cara membangun sebuah karakter dalam kehidupan.

Singkatnya, neuroplastisitas adalah sebuah fenomena alamiah yang menakjubkan, dimana dalam proses kehidupan kita, nyatanya sel otak tidak akan pernah berhenti berkembang dan terus beradaptasi untuk belajar serta memberi perubahan layaknya sifat plastis. Sel otak kita akan dengan mudah, secara terus menerus berubah kondisi menyesuaikan bagaimana cara kita mengadaptasikannya terhadap sebuah kondisi dan situasi. Sel otak akan secara alamiah beradaptasi terhadap rangsangan yang kita beri, dan dengan perlakuan khusus tertentu akan membentuk sebuah pola karakter baru dalam kehidupan yang kita jalani. Lebih hebatnya lagi, seorang peneliti otak, Dr. Lara Boyd menyebutkan bahwa otak kita akan terus berada dalam kondisi plastis bahkan hingga kita lanjut usia.

Neuroplastisitas membawa kita pada sebuah pemahaman bahwa dengan mengenal fenomena ini, sebagai manusia kita memiliki sebuah kemampuan alamiah untuk membawa karakter dan keseluruhan hidup kita sesuai dengan apa yang kita harapkan. Kita mampu menjadi apapun yang kita mau, menyediakan kondisi apapun yang kita harapkan dan menumbuhkan potensi diri secara strategis plus visionair. Ketika kita ingin memiliki karakter yang cerdas dan ahli beretorika, maka perbanyak rangsangan untuk menumbuhkan sebuah kebiasaan menjadi cerdas dan ahli retorik. Begitupun lain halnya ketika kita dituntut berkemampuan menghitung secara cepat sedangkan kita sama sekali tidak memiliki keahlian, maka upayakan dengan banyak memberi rangsangan pada otak untuk terus berubah layaknya sifat plastis yang dimilikinya. Biarkan fenomena keajaiban otak terus menjalankan peran sehingga mampu menumbuhkan sebuah karakter baru dalam diri kita. Tidak ada kemustahilan atau keterlambatan untuk belajar dan mengubah arah sebab Tuhan Yang Maha Kuasa telah memberi kita anugerah, pilihannya adalah mau atau tidak kita mengambil peluang dan memanfaatkan.

Disamping itu, perlu dipahami pula bahwa dalam konsep neuroplastisitas ini bukan serta merta setiap individu akan memiliki tingkat neuroplastisitas yang sama. Setiap individu memiliki karakteristik dan keunikan neuroplastisitas masing-masing. Dengan ini maka dalam mengharap perubahan melalui usaha yang kita lakukan, tentu akan berbeda-beda hasil dan kurun waktunya. Dan ini bukan mengenai seberapa cepat kita dapat menemukan hasil, lebih tepatnya mengenai bagaimana kita mampu mengoptimalkan potensi alamiah dalam tubuh untuk mendapatkan sebuah pola karakter dan nilai diri yang lebih baik.

(Dziyaaul Hubbi Arsyad)