13

Okt

Cerita Pertukaran Mahasiswa Ilkom Untag di Universitas Brawijaya

Universitas Brawijaya merupakan salah satu universitas yang menjalin kerjasama dengan prodi ilmu komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Kerjasama tersebut merupakan bentuk dari adanya program hibah PKKM yang berhasil didaptkan oleh Ilkom Untag dari KEMENDIKBUD. Program tersebut direalisasikan salah satunya dengan melakukan pertukaran mahasiswa dengan beberapa kampus.

Tepat pada tanggal 5 september 2022, pertama kalinya para mahasiswa dari ilkom Untag mengikuti pembelajaran secara langsung di Universitas Brawijaya Malang. Terdapat 6 mahasiswa yang dikirimkan untuk melakukan pertukaran mahasiswa secara satu semester, yakni Erick Rivaldianto, Alfin Zulfikar, Antonius Mario M. J, Teddy Gilang R., Nis Rina, Ahmad April H. Keenam mahasiswa tersebut merupakan mahasiswa ilmu komunikasi yang sudah menginjak semester 5. “Pada awal perkuliahan saya diajak untuk mengikuti acara internal yang ada pada Fisip Universitas Brawijaya. Acara tersebut bernama Jamming bersama Fisip” Ungkap Erick Rivaldianto.

Sedangkan Alfin mengatakan bahwa pada awal perkuliahannya merasa kaget dengan sistem perkuliahannya yang efektif. “Jadi kita kuliahnya lesehan, setelah itu kita dikasih game Truth or Dare tapi Truth nya diganti pertanyaan dari dosen” Ujar Alfin.

Menjadi mahasiswa terpilih untuk mengikuti pertukaran mahasiswa merupakan salah satu hal yang membanggakan. “Seneng dan bersyukur bisa mendapat pengalaman baru” Ungkap Alfin Zulfikar salah satu mahasiswa pertukaran mahasiswa. Tidak hanya itu, Erick Rivaldianto juga mengatakan bahwa Alhamdulillah puji syukur bisa mengikuti program mbkm jenis pertukaran mahasiswa di salah satu universitas negeri terbaik di Indonesia karena kebetulan juga awal perkuliahan secara luring dimulai serentak tahun ini.

Dalam beberapa minggu mereka mengikuti kegiatan belajar mengajar di Universitas Brawijaya pastinya mereka memiliki kesan yang menyenangkan. Erick mengatakan bahwa proses mengajarnya berbeda, pengajar disini lebih sering mengajak para mahasiswa untuk diskusi. Hal tersebut bertujuan untuk meminimalisir mahasiswa merasa rasa bosan saat perkuliahan dimulai. Selain itu, kami sempat merasakan cultureshock karena disini mayoritas mahasiswa dari orang luar Jawa timur. Tetapi para teman-teman disini juga asik, meskipun terkadang mereka masih malu untuk memulai pembicaraan. (Nadya Difa)