13

Nov

Bersikap Bodo Amat Kadang Tidak Terlalu Buruk

Sobat Komuntag, pernah gak sih merasakan emosi, stress, sedih, ragu-ragu cemas, dan juga bingung. Biasanya sering banget nih ketika kita sedang dihadapkan oleh suatu tekanan maupun permasalahan kecil. Bisa jadi karena faktor ekspektasi yang terlalu berlebihan dalam hidup, tugas, bingung akan impian cita-cita, dan juga percintaan eciie. Hal tersebut merupakan suatu bentuk wajar dari seorang manusia karena kita diciptakan untuk memiliki rasa tersebut. Namun yang menjadi permasalahan jika rasa tersebut berlangsung secara berlarut larut hingga menyebabkan konsentrasi dan juga semangat kerja semakin menurun. Bahkan lebih buruk lagi kita akan selalu mempunyai mindset yang negatif terhadap segala sesuatu hal dari dalam diri hingga kita tidak memiliki kendali terhadap rasa emosional itu.

Terkadang kita semua mempermasalahkan hal kecil menjadi masalah yang besar. Karena kontrol emosi kita ada pada orang lain sehingga tidak bisa mengontrol emosi diri sendiri. Seperti contoh pada gambar diatas. ditunjukkan seorang anak yang akan bertanya pada orang tuanya lalu dibalas dengan pertanyaan yang cukup untuk membuat jengkel. Seketika ada rasa kejengkelan di dalam hati dikarenakan si anak tersebut tidak menginginkan suatu jawaban tersebut. Nah, rasa kejengkelan atau emosi negatif tersebut tidak langsung bahwa emosi dari anak tersebut sudah dikendalikan oleh orang tuanya. (Sebagai ilustrasi)

Sebenarnya bisa saja rasa kejengkelan atau emosi negatif tersebut dapat dikendalikan dengan tidak membuat hal tersebut menjadi sesuatu yang menjengkelkan. prinsip tersebut biasa disebut dengan istilah stoikisme.

Stoikisme merupakan sebuah aliran filsafat atau yunani kuno yang mana berpikiran pada kendali pada diri untuk hal hal yang bisa dikontrol dan tidak perlu banyak memusingkan hal-hal yang tidak bisa diubah (Bersikap bodoh amat). Stoikisme menitik beratkan pada aspek bahwa emosi merupakan suatu yang netral dimana seorang individu mempunyai kuasa untuk mengendalikan rasa emosi tersebut.

Beberapa cara yang diajarkan dalam prinsip stoikisme dalam mengendalikan diri

  1. Stop (berhenti). Ketikadalam keadaan emosi negatife, sebaiknya berhenti dulu dan tidak berlarut dalam emsoi tersebut. Seperti sedang berbiacara “time-out” di dalam hati. Keadaan seperti ini dapat digunakan dalam semua emosi negatif saat ada rasa, misalnya curiga, stress, frustasi, sedih, marah, khawatir dan lain-lain
  2. Think & Assess (dipikirkan dan dinilai). Ketika sudah dapat mendiamkan emosi dan mulai berpikir rasional itu artinya seseorang telah dijauhkan dari menuruti emosi.
  3. Respond saat sedang memanfaatkan akal dan berusaha untuk berpikir jernih yang masuk akal dalam mencermati kondisi, Ketika emosi mulai sedikit demi sedikit berkurang kemudian mulailah berpikir reaksi apa yang ingin sekali ditunjukan. Reaksi dapat dilakukan dengan sebuah perkataan atau tingkah laku. Dalam pemilihan reaksi tersebut akan datang Ketika berpikir mengenai kondisinya yang sudah mulai baik-baik, sehingga reaksi dari perkataan dan prilaku ini akan memiliki penerapan akal yang baik dengan prisip yang adil, bijak, berani, dan mampu menahan diri.

Itulah beberapa cara yang dapat sobat Komuntag lakukan. Ingat bahwa segala bentuk emosi merupakan hal yang dapat kita kendalikan. (Kevin Adi)

Sumber Refrensi         :

Hairunni’am, W., Safitri, F. I., & Febriani, F. (2022). Mengelola Stress dan Emosi Negative dalam Perspektif Stoisisme. http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/lc-TiaRS/

Sumber Foto                   :

Photo by August de Richelieu: https://www.pexels.com/photo/father-talking-to-his-son-4260094/