Jl. Semolowaru no. 45 Surabaya
Jl. Semolowaru no. 45 Surabaya
Feb
Pernahkah kita bertanya-bertanya akan sebuah makna hidup yang kita jalani? Bagaimana sebuah hidup dapat menjadi berwarna dan bagaimana sebuah warna itu dapat dimaknai? Sebuah pertanyaan besar yang mungkin mampu terjawab melalui bagaimana pemahaman kita mengenal dunia. Dunia tempat kita membuka mata pertama, dunia tempat kita bertahan melampaui kehidupan, dunia tempat dimana serta bagaimana kita tumbuh dan berkembang.
Sebuah buku karya Antoine de Saint-Exupéry memiliki perspektif tersendiri yang membantu mengarahkan pembaca mengenal dan memahami dunia melalui sebuah sastra imajinatif. Pangeran Cilik atau dalam bahasa aslinya disebut, ‘Le Petit Prince’ menghadirkan nuansa petualang penuh makna dengan ciri khas unik yang melekat bagai sebuah dongeng pengantar tidur anak. Novel Le Petit Prince pertama kali diterbitkan pada tahun 1943 dan telah disadur hingga lebih dari 230 bahasa asing. Le Petit Prince sendiri berarti Pangeran Cilik.
Bercerita tentang sebuah cara mengenal dan menemukan dunia melalui penggambaran yang simbolik dan sarat akan amanat kehidupan. Buku Pangeran Cilik digambarkan dengan beberapa karakter yang turut serta menjadi representasi amanat kehidupan didalamnya. Dimulai dari tokoh seorang pilot dewasa, sang bintang, beberapa tokoh karakter penghuni planet, serta penokohan fiksi lain dari sosok bunga mawar, ular, dan rubah. Pesan tersirat amanat kehidupan dalam buku Pangeran Cilik membantu mengarahkan pembaca dalam mengenal sebuah dunia baru dan kembali mempertanyakan ataupun menjawab pertanyaan akan sebuah makna kehidupan.
Pesan amanat kehidupan disampaikan sebagai pengingat masing-masing individu dalam menjalani kehidupan realitas dunia yang seringnya menjadi begitu membosankan. Ruang gerak dan pemikiran yang sempit makna dan terbatas menjadi kritik utama yang ingin disampaikan oleh penulis terhadap pembaca. Tentang bagaimana realitas kehidupan manusia hanya berjalan dengan memandang pada satu perspektif saja. Tentang bagaimana imajinasi dibatasi dan dikubur oleh realitas. Tentang bagaimana kompleksitas kehidupan begitu komplikatif dan kontradiktif menemani keseharian manusia. Tentang bagaimana manusia mampu mengenal kembali dunianya.
(Dziyaaul Hubbi Arsyad)