Jl. Semolowaru no. 45 Surabaya
Jl. Semolowaru no. 45 Surabaya
Jun
Hegemoni menurut Gramsci adalah
kemenangan kelas yang berkuasa yang didapatkan melalui mekanisme konsensus
berbagai kekuatan sosial politik. Seiring berjalannya era globalisasi, manusia
akan dengan mudah dan cepat mendapatkan informasi dari manapun. Salah satunya
adalah Korean Wave. Korean Korean Wave adalah istilah yang diberikan untuk
penyebaran budaya populer Korea melalui produk-produk hiburan seperti drama,
musik, style.
Munculnya Korea Lovers dengan
berbagai atribut ke-Korea-annya tersebut menunjukkan betapa besarnya hegemoni
Korean Wave yang telah berhasil mendominasi generasi muda dalam budaya Korea.
Korean Wave pun mampu mempengaruhi pola hidup maupun cara berpikir masyarakat
yang dipengaruhi. Contoh hegemoni yang terjadi pada fans K-pop, Karena
terobsesi dengan para boyband dan girlband, banyak fans K-pop yang rela
mengeluarkan banyak uang untuk membeli Merchandise dengan harga yang tidak
murah. Selain itu contoh hegemoni berefek dengan munculnya perilaku koreanisasi
seperti banyak generasi muda menginternalisasi budaya-budaya Korea pada diri
mereka, yaitu dengan menggunakan bahasa dan gaya berbicara Korea, menerapkan
panggilan adalah bahasa korea seperti annyeong,
berdandan dengan julukan Korean style, dan perubahan selera pemilihan produk
Korea.
Berdasarkan pendapat dari Umilasari
(2020), proses dari tersebarnya kebudayaan Korea di dunia ini terutama di
negara Indonesia secara umum dapat dinilai bahwasanya Korean culture ini memberikan dorongan kepada orang-orang agar bisa
mempelajari serta menerima budaya bahkan bahasa Korea Selatan. Dari Sini dapat
disimpulkan banyak generasi muda yang telah terhegemoni dimana cara berpikir
mereka telah meniru dan menerima dari Korean Wave tersebut. Fenomena Korean
Wave yang mencakup musik pop, drama televisi, film, mode, dan kuliner telah
menciptakan gelombang pengaruh yang luar biasa besar. Amroshy & Imron
(2014) menjelaskan bahwa K-pop musik, serial drama, film, animasi, variety/reality show, video game, fashion, kendaraan,
peralatan dapur, dan bahkan kosmetik merupakan beberapa produk budaya Korea
yang disebarkan melalui tayangan hiburan. Hal ini tidak hanya terjadi di
Indonesia tetapi juga di banyak negara lainnya. Keberhasilan Korean Wave dalam
mempengaruhi budaya global adalah bukti nyata dari efektivitas strategi budaya
Korea Selatan yang memanfaatkan media dan teknologi modern untuk menyebarkan
pengaruh mereka.
K-pop, sebagai salah satu elemen
utama dari Korean Wave, telah menciptakan basis penggemar yang sangat fanatik
dan setia di seluruh dunia. Idol-idol K-pop menjadi panutan bagi banyak remaja
dan dewasa muda yang mengidolakan gaya hidup, penampilan, dan sikap mereka. Hal
ini memicu tren konsumsi produk-produk yang berkaitan dengan K-pop, mulai dari
album musik, merchandise, hingga
kosmetik dan fashion. Tidak sedikit
penggemar yang rela mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk mendukung idol
mereka, baik melalui pembelian produk maupun tiket konser. Andina (2019)
memaparkan bahwasanya memang perasaan suka dan keinginan untuk mendukung idola
mendorong penggemar untuk membeli barang idola mereka secara sukarela.
Drama Korea atau K-drama juga
memainkan peran besar dalam menyebarkan budaya Korea. Dengan plot yang menarik
dan produksi berkualitas tinggi, K-drama berhasil menarik perhatian penonton
internasional. Banyak penonton yang kemudian tertarik untuk belajar bahasa
Korea, mengunjungi Korea Selatan, dan mengadopsi gaya hidup yang mereka lihat
di drama-drama tersebut. Dalam hasil penelitiannya, Putri et al. (2019) menemukan bahwa kemunculan Korean Wave di Indonesia
melalui K-Drama terlihat dari munculnya komunitas-komunitas penyuka K-Drama, online shop yang menjual barang-barang
Korea, pendirian pusat kebudayaan Korea (Korean
Cultural Center Indonesia), universitas-universitas yang menyediakan
program studi terkait Korea, serta berkembangnya K-Pop dan K-Style, yang
kemudian mendorong minat masyarakat untuk menonton konser dan fanmeeting yang diadakan oleh penyanyi
dan pemeran K-Drama di Indonesia.
Selain itu, industri kecantikan
Korea juga telah mengglobal. Produk-produk kecantikan Korea, yang dikenal
dengan istilah K-beauty, menjadi populer di banyak negara. Rutinitas perawatan
kulit ala Korea yang terkenal dengan 10 langkahnya menjadi tren global. Banyak
orang yang mulai mengadopsi produk dan metode perawatan kulit Korea, yang
dianggap efektif dan inovatif. Salah satu contohnya dalam negara kita sendiri,
yaitu Indonesia. Para wanita di Indonesia menggunakan produk kecantikan Korea
Selatan sebagai skincare routine
mereka, hal ini dikarenakan bahan yang digunakan oleh K-beauty sangat alami dan
cocok pada kulit mereka, sehingga Korean Wave mampu membawa K-beauty mendunia
dan masuk ke Indonesia (Mutmainah, 2021). Selanjutnya, proses penyebaran budaya
Korea ini dinilai memberikan dorongan kepada masyarakat untuk mempelajari dan
menerima budaya serta bahasa Korea Selatan. Hal ini menunjukkan bahwa Korean
Wave telah berhasil menciptakan konsensus di kalangan generasi muda untuk
mengadopsi nilai-nilai dan gaya hidup yang ditawarkan oleh budaya populer
Korea.
Meskipun
Korean Wave membawa dampak positif seperti mengenalkan budaya Korea ke panggung
global, namun hegemoni yang terjadi juga perlu diwaspadai. Generasi Muda yang
terpapar secara berlebihan dapat kehilangan identitas budaya lokalnya sendiri
dan terjebak dalam pola konsumtif yang berlebihan demi mengikuti tren budaya
populer Korea. Oleh karena itu, penting bagi generasi muda untuk selektif dalam
menyerap budaya asing dan tetap menjaga kearifan lokal serta identitas budaya
bangsa sendiri. Budaya populer Korea dapat dinikmati sebagai hiburan dan sumber
inspirasi, tetapi tidak sampai menghilangkan akar budaya sendiri yang telah
tertanam secara turun-temurun.Dengan demikian, masyarakat dapat menikmati
keberagamanbudaya global, termasuk Korean Wave, tanpa kehilangan jatidiri dan
kekayaan budaya lokal yang menjadi warisan bangsa. Hegemoni budaya asing perlu
disikapi dengan bijak agar tidak menghilangkan identitas dan nilai-nilai luhur
bangsa sendiri. (Dita)
Referensi:
Ajeng Dasmista (2015).
Agresi Budaya Korea Melalui K-Pop di Indonesia. Periklanan. Universitas
Yogyakarta. Endro
Al Amroshy, A. U., & Imron, A. (2014). Hegemoni
BudayaPop Korea Pada Komunitas Korea Lovers Surabaya(KLOSS). Paradigma,
2(3).
Andina, A. N. (2019). Hedonisme Berbalut Cinta dalamMusik
K-Pop. Syntax Idea, 1(8), 39-49.
Mutmainah. (2021). Pengaruh
Korean Wave TerhadapMaraknya Produk dan Tren Kosmetik Korea Selatan (K-Beauty)
di Indonesia Periode 2017-2020. (SkripsiSarjana, Universitas Islam Negeri
Syarif HidayatullahJakarta).
Putri, I. P., Liany, F. D. P., & Nuraeni, R. (2019).
K-Drama dan Penyebaran Korean Wave di Indonesia. ProTVF, 3(1), 68-80.