10

Apr

Mengapa Stigma Pria Tidak Boleh Menangis Harus Dihentikan?

Di banyak budaya ada sebuah stigma yang mandarah daging “Pria tidak boleh menangis.” Kalimat ini, meski terdengar sederhana tapi sebenarnya memiliki dampak yang sangat besar bagi kesehatan mental dan emosional pria. Bayangkan betapa banyak pria yang terpaksa menahan perasaan mereka hanya karena takut dianggap lemah atau tidak maskulin. Padahal menangis adalah bagian alami dari proses manusiawi yang bisa membantu seseorang melepaskan beban emosional. Stigma ini seakan mengatakan bahwa untuk menjadi pria sejati, seseorang harus selalu kuat, tegar, dan tidak menunjukkan kelemahan. Biasanya membuat banyak pria merasa terisolasi dan kesulitan untuk berbicara tentang masalag yang mereka hadapi. Akibatnya, banyak dari mereka yang memilih untuk menekan perasaan yang pada akhirnya bisa berujung pada depresi atau bahkan tindakan yang lebih ekstrem seperti kekerasan atau bunuh diri.

 

Tentu saja ini bukan berarti kita mengajak pria untuk menangis tanpa alasan atau selalu mengandalkan emosi dalam setiap Keputusan. Namun, hal ini adalah hal yang wajar bagi siapapun baik pria maupun wanita untuk menunjukkan perasaan mereka, terutama saat sedang tertekan. Menghargai ekspresi emosi pria, termasuk menangis adalah Langkah pertama menuju kesetaraan gender yang lebih sehat dan manusiawi. Masyarakat harus berhenti memperlakukan emosi sebagai suatu kelemahan. Jika kita benar – benar ingin menciptakan dunia yang lebih adil dan kita harus menghilangkan stereotip seperti ini serta memberikan ruang bagi setiap individu untuk menunjukkan sisi kemanusiannya tanpa rasa takut. Karena pada akhirnya, pria yang merasa bebas untuk menangis adalah pria yang lebih kuat secara emosional. (Alfina Sutanti)

 

Referensi

Aritonang, D. E., & Tobing, F. D. H. L. (2024). Peran PAK Gereja terhadap Fenomena Toxic Masculinity pada Kalangan Laki-laki di Era Teknologi Digital. Tumou Tou11(1), 1-8. https://www.ejournal-iakn-manado.ac.id/index.php/tumoutou/article/view/1448

 

Priambodo, A. B. (2024). Analisis Wacana Kritis Akun TikTok Corecoreful dalam Membantu Kesadaran Kesehatan Mental Laki-Laki (Doctoral dissertation, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya). https://repository.untag-sby.ac.id/id/eprint/29433