Jl. Semolowaru no. 45 Surabaya
Jl. Semolowaru no. 45 Surabaya
Jun
Dua
mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Surabaya, Hana
Kartikasari dan Muhammad Khofidul A’zdom, berhasil mencatatkan prestasi
membanggakan dengan meraih Juara 2 Nasional dalam ajang Advertising Competition
yang merupakan bagian dari acara Komunikasi Fiesta di Universitas Katolik Widya
Mandala Surabaya, Kampus Dinoyo.
Perjalanan
keduanya dalam kompetisi ini penuh warna. Mulai dari perdebatan soal ide hingga
jadwal yang sering bentrok karena Hana kuliah malam dan Khofidul kuliah pagi.
Tapi, karena sudah berteman, mereka memilih saling mengerti dan tetap menjaga
kekompakan. Hana mengaku, ini adalah lomba iklan pertamanya dan ia ikut lebih
karena ingin belajar proses pembuatan iklan secara langsung, bukan semata-mata
mengejar juara. Namun, tak disangka, mereka berhasil lolos hingga tahap final
dan membawa pulang juara dua tingkat nasional.
Mengangkat
tema “No Cheating, Just Vibing with AI”, mereka berhasil menyulap isu
yang sedang hangat menjadi sebuah iklan layanan masyarakat yang tidak hanya
edukatif, tetapi juga menghibur. Dalam konsep video mereka, pendekatan humor
dengan gaya sarkastik dikemas dalam format wawancara, menyoroti bagaimana
penggunaan AI yang berlebihan bisa berdampak pada kehidupan sosial seseorang.
Pendekatan ini dinilai segar dan berhasil membuat iklan mereka lebih mudah
diterima oleh audiens, sekaligus tampil beda dari peserta lainnya yang lebih
serius dalam penyampaian pesan.
Pembuatan
brief sendiri memakan waktu dua hari, dengan proses riset yang intens dan
hampir tanpa tidur. Sementara itu, video iklan mereka dibuat dalam waktu tiga
hari yang juga cukup mepet dengan batas waktu pengumpulan. “Kami bener-bener
shoot di H-3 pengumpulan,” kata Hana. Meski dikejar waktu, mereka tetap
berupaya maksimal dengan membagi tugas secara efektif berdasarkan kekuatan
masing-masing.
Salah
satu kekuatan utama dari iklan yang mereka buat adalah pendekatan humor dengan
sentuhan sarkasme yang dibalut dalam konsep wawancara. Ini membuat pesan iklan
lebih mudah diterima oleh penonton dan tidak terkesan menggurui. “Kami mau
pendekatan versi sekarang tapi sebagai iklan layanan, bukan sekadar konten
media sosial belaka,” tambah Hana.
Khofidul
menambahkan bahwa kekuatan tim mereka juga terletak pada chemistry dan
pembagian peran yang jelas. Meskipun jadwal kuliah berbeda—Hana kelas malam dan
Khofidul kelas pagi—mereka tetap kompak menyelesaikan tugas masing-masing.
Bahkan, mereka sempat membuat dua konsep video sebelum akhirnya memilih satu
yang paling sesuai untuk dipresentasikan.
Pada
saat presentasi final di Auditorium Benedictus, Universitas Widya Mandala
Surabaya, tim UNTAG tampil beda. Mereka membawakan presentasi dengan cara
santai dan penuh canda, yang ternyata menjadi poin lebih di mata para juri. “Di
saat yang lain serius dan tegang, tim kita malah enjoy sambil bercanda, sampai
di-notice langsung sama juri,” cerita Khofidul.
Meski
begitu, juri juga memberikan masukan konstruktif, salah satunya soal alur
cerita yang dinilai belum menunjukkan arah “what’s next” dengan jelas. Masukan
tersebut justru menjadi bahan pembelajaran penting bagi Hana dan Khofidul untuk
terus mengembangkan kemampuan mereka di dunia iklan dan industri kreatif.
Ke
depan, keduanya berencana untuk terus mengikuti lomba-lomba serupa, bahkan
bermimpi bisa tembus ke ajang internasional seperti AAF (American Advertising
Federation). “Semoga kita bisa berkancah di internasional,” harap Khofidul.
Pengalaman
berharga ini tidak hanya memberi mereka penghargaan, tetapi juga membuka mata
akan pentingnya kolaborasi, riset yang mendalam, serta keberanian untuk tampil
beda dalam menyampaikan pesan sosial melalui media kreatif. (Alfina Sutanti)