02

Mar

Sudahkah Kita Mengenal & Menjadi Diri Sendiri?

Pernahkah terlintas dalam pikiran kita, sebuah pertanyaan klasik ambigu yang sekaligus menantang untuk diketahui jawabannya? Ketika pada satu waktu seseorang melontarkan kalimat pertanyaan 'siapa kamu?' tepat di hadapan kita dan menuntut sebuah jawaban runtut yang semestinya. Akan seperti apa kita mendefinisikan diri kita masing-masing? Lantas bagaimana kita akan menguraikan beribu benang kusut yang terjuntai menarik semua pola pikir dan perjalanan hidup kita dalam satu waktu yang berkaitan? Mampukah kita menjawab secara gamblang, jelas, dan sesuai pada prinsip diri kita yang telah kita pegang teguh sekian lamanya?

Mungkin selama ini kita merasa telah mengenal dan paham betul atas siapa diri kita. Berbangga diri mengenal dan memahami sebuah nilai yang tertanam dan menjadi refleksi segala karakter yang melekat samar ataupun terang membersamai kehidupan. Tapi apa benar begitu adanya? Dengan mengacu pada slogan ‘Be Yourself’, terkadang seolah mampu menjadi tolak ukur kita dalam mengajukan nilai diri ke hadapan khalayak. Menjadi diri sendiri dan merasa bahwa apa adanya diri kita adalah sebuah pengakuan yang mendefinisikan siapa diri kita. Ketika kita sejatinya adalah orang yang tidak menghargai waktu, maka kita akan banyak berbicara tentang betapa pengaturan pola hidup seimbang yang menyenangkan sangat dibutuhkan, sebuah prinsip manajemen agar tidak mudah jenuh dan lebih mudah konsisten. Tapi, benarkah begitu? Kejujuran akan sebuah makna, bukankah kita yang lebih mampu menilai dengan jeli kebenarannya? Puaskah kita ketika menjadi sosok yang hanya apa adanya, menjadi diri sendiri yang kita kenal secukupnya saja? Menjadi sesuatu yang apa adanya dengan penuh rasa bangga.

Maka coba sejenak kita sama-sama memahami, apa hakikat kita mengenal dan menjadi diri sendiri, yakinkah hanya sebatas sampai disana nilai yang melekat dalam keseharian kita? Bukankah jauh lebih berharga ketika kita mampu menjadi diri sendiri kita dengan versi yang sebenarnya? Ketika kita mampu mengenal dan berdamai dengan kesalahan-kesalahan kita. Ketika kita bersedia berbenah melakukan evaluasi sebagai jembatan meningkatkan kualitas diri kita. Ketika kita mampu menghargai dan memberi nilai selayak-layaknya bagi diri kita. Dengan ini, tahap selanjutnya bukan bertanya akan bagaimana kita mengenal dan menjadi diri sendiri, melainkan apakah kita bersedia memulai menjadi diri sendiri, mulai saat ini dan untuk nanti.

(Dziyaaul Hubbi Arsyad)Sumber : Unsplash/Hay S