24

Jul

Prodi Ilmu Komunikasi Gelar Sidang Skripsi Secara Daring di Masa Pandemi

Jalannya kegiatan ujian skripsi Prodi Ilmu Komunikasi secara daring, nampak Erica Devina T. sedang memaparkan karya skripsi kepada para penguji: Dra. Ni Made Ida P., M.M., Dra. Noorshanti Sumarah, M.I.Kom., dan Dr. Merry Fridha P., S.Sos., M.Si.

Surabaya, Juli 2021—Empat belas bulan sudah pandemi Covid-19 menerpa Indonesia. Bahkan satu bulan terakhir kasus konfirmasi positif Covid-19 semakin meningkat. Dalam kondisi ini pemerintah melakukan berbagai kebijakan guna menekan laju angka penyebaran virus corona. Pandemi berimbas pada banyak sektor kehidupan, mulai ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, penelitian, dan banyak sektor lainnya. Oleh karena itu, pandemi Covid-19 menjadi tantangan besar bagi mahasiswa tingkat akhir Prodi Ilmu Komunikasi, Fakutas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya dalam proses menyelesaikan karya skripsi.

Meski banyak tantangan yang dihadapi, Puji Tuhan pada 8-9 dan 15 Juli 2021, sebanyak 47 mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi, FISIP, Untag Surabaya berhasil mempertanggungjawabkan hasil penelitian kepada penguji.

Sidang skripsi masih digelar secara daring melalui aplikasi videoconference mengingat tingginya kasus Covid di Kota Surabaya. Tata cara pelaksanaan ujian telah disosialiasikan kepada mahasiswa peserta sidang serta dosen penguji sebelum pelaksanaan ujian. Tiap mahasiswa melaksanakan presentasi selama 10 menit, dan 30 menit digunakan untuk tanya jawab oleh para penguji.

Ella Dyan, salah satu peserta ujian skripsi mengungkapkan tantangan yang ia hadapi selama menyusun skripsi, “Tantangan yang muncul ada beberapa, pertama dari segi teknis seperti laptop yang tiba-tiba mati padahal belum disave. Kemudian kedua, tidak ada jadwal yang pasti mengenai bimbingan, sehingga cukup menyulitkan saya membagi waktu dengan urusan lainnya. Yang ketiga, masih belum ada literatur berbahasa Indonesia terkait penelitian saya (Feminisme Neoliberal), sehingga membuat saya harus menyiapkan beberapa waktu untuk menterjemahkan literatur-literatur tersebut.”

Terkait pelaksanan sidang skripsi, ia menilai bahwa pelaksanaanya cukup santai dibandingkan degan offline: “..diawal saya sangat deg-degan karena berhadapan dengan tiga dosen sekaligus untuk menguji skripsi saya. Tapi setelah berjalan, rasanya tidak terlalu deg-degan lagi karena sidang online ternyata lebih sedikit santai.. atmosfer ruangan saat saya sidang skripsi kemarin sangat familiar dibandingkan dengan sidang skripsi offline..ruangan yang belum pernah saya masuki..Jam pelaksanaannya juga sesuai dengan ekspektasi saya karena jadwal yang dibagikan di grup sesuai dengan jadwal pelaksanaan sidang.”

Skripsi merupakan mahakarya seorang mahasiswa. Melalui karya tersebut mahasiswa membuktikan bahwa ia merupakan bagian dari insan ilmiah. Ujian skripsi menjadi wahana penilaian apakah sebuah penelitian yang dilakukan mahasiswa memenuhi kaidah ilmiah atau tidak. Selain itu, dalam ujian skripsi penguji juga memberikan evaluasi dan rekomendasi substansial bagi penyempurnaan karya skripsi mahasiswa.

Penulis: Herlina K.