13

Okt

Lawan Sampai Terdiam, Nabil Tunjukkan Jurus Pamungkas di Detik Terakhir

Surabaya, 17 September 2025—Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya mencetak prestasi dalam cabang olahraga pencak silat ini. Salah satu mahasiswa angkatan 2022, Nabil, berhasil memperoleh medali emas dalam piala Walikota Surabaya Championship.

Pencak silat merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Olahraga ini berasal dari kebudayaan melayu, penyebarannya khususnya di negara-negara Asia Tenggara, seperti Malaysia, Brunei, dan Singapura. Bermula dari nenek moyang bangsa Indonesia yang berusaha melindungi serta mempertahankan diri dari tantangan alam yang tidak bisa diprediksi, seperti hewan buas maupun musuh. Pencak silat dipengaruhi oleh berbagai aliran dan ciri khas sesuai daerahnya. Misal, di Jawa terdapat aliran seperti merpati putih dan perisai diri. Organisasi yang menaungi olah raga ini adalah PERSILAT (Persekutuan pencak silat antarbangsa) dan IPSI (Ikatan pencak silat seluruh Indonesia).

          Olah raga ini mengkombinasikan empat aspek dan juga empat sifat. Pertama, aspek spiritual. Olahraga ini membangun jati diri dan kepribadian mulia seseorang. Kedua, aspek seni budaya, menggambarkan kebudayaan lokal yang menjadi corak silat. Ketiga, aspek bela diri, yakni kemampuan konsistensi teknis pesilat itu sendiri. Keempat, olah raga, menyeimbangkan pikiran dengan gerak tubuh.

          Nabil mengaku kecintaannya terhadap pencak silat sudah tertanam dari lama, tepatnya saat masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Hanya saja, saat itu, dia belum bisa mendalami pencak silat secara sungguh-sungguh karena orang tuanya melarang. Ujian nasional SMP adalah alasan yang mendasari larangan orang tuanya. Dulu, pencak silat adalah ekstrakurikuler di sekolahnya. Akhirnya, Nabil dapat mengembangkan minatnya di kuliah, tepatnya unit kegiataan mahasiswa (UKM).

          Sebelum pertandingan, Nabil dan tim mempersiapkan pelatihan kejuaraan selama dua bulan yang disebut dengan training center. Saat training center, Nabil dilatih fisik dan juga teknik-teknik dalam pencak silat agar saat berlaga tidak bingung dan mampu menyiasati lawan di lapangan. Tantangan yang dirasakan selama mendalami pencak silat adalah konsistensi, terlebih Nabil harus membagi waktu latihan dengan jam perkuliahan. Nabil terkadang harus mengorbankan liburannya untuk berlatih pencak silat. Selama kuliah, Nabil berlatih setiap hari, hanya libur pada hari Sabtu di samping student center atau di samping patung proklamator Graha Wiyata Untag Surabaya. Sosok yang paling banyak memberikan dukungan tentu saja adalah orang tuanya, diikuti pelatih dan teman-teman.

          “Menurut saya, bagian yang paling sulit selama pertandingan adalah ketika awal bermain di semifinal karena musuh memiliki tinggi yang berbeda. Lebih tinggi saya, musuh lebih pendek. Gaya bermainnya juga bungkuk, sehingga susah untuk menyerang, akhirnya pakai taktik juga dari pelatih,” jawab Nabil. Saingan yang ada di lapangan tergantung oleh kelas bobot atlet itu sendiri. Nabil bermain di kelas 50-55 kilogram.

          Nabil berpesan untuk lebih percaya diri dengan konsistensi. Target selanjutnya, dia berharap lebih banyak mengikuti kejuaraan, sehingga lebih banyak medali dan prestasi yang diperoleh. Dia juga berpesan pada generasi muda untuk mengurangi mager (malas gerak) karena tidak selamanya olahraga itu memberatkan, tentu banyak manfaatnya untuk kesehatan. (Amira)

          Referensi:

http://simkatmawa.kemdikbud.go.id/v3/assets/upload/foto_non_lomba_061016_1560703833049502000.pdf

          PENGENALAN OLAHRAGA PENCAK SILAT DALAM MELESTARIKAN BUDAYA ASLI BANGSA INDONESIA Marwa Nabihah1 , Acep Mulyadi2, Irham3