09

Mar

ANTISIPASI KASUS OMICRON MENINGKAT, UNTAG MENERAPKAN KULIAH DENGAN METODE HYBRID LEARNING

Surabaya, 7 Maret 2022  - Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) hari ini mulai memasuki hari pertama kuliah semester genap 2021/2022. Beberapa mahasiswa mulai memasuki kampus mengikuti kuliah dengan metode Hybrid Learning, dengan syarat sudah di vaksin, mendapat izin dari orang tua/wali dengan mengisi surat pernyataan dan tetap harus menerapkan protokol kesehatan. Hal ini tercantum dalam Surat Instruksi Rektor Universitas 17 Agustus 1945 No.0377/K/Um/II/2022, perihal persiapan perkuliahan Hybrid Learning Semester Genap 2021/2022.

Hybrid learning merupakan pembelajaran dengan sistem daring yang dikombinasikan dengan pertemuan tatap muka untuk beberapa jam. Hybrid learning dilakukan guna meminimalisir dampak psikososial siswa. Ada juga yang menganggap hybrid learning sama halnya dengan blended learning. Bentuk pembelajarannya merupakan kombinasi antara pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran daring.

Kampus memberikan opsi untuk melaksanakan pertemuan tatap muka (PTM) terbatas untuk menghindari dampak-dampak negatif berkelanjutan pada mahasiswa/i. Kesiapan dapat dilihat dari komitmen protokol kesehatan kampus dan sudah sesuai dengan kebijakan Dirjen Dikti dalam surat edaran No.6 tahun 2020 tentang penyelenggaraan pembelajaran pada Semester Genap tahun akademik pada tahun 2020/2021 dan melaporkan pada satgas Covid-19 secara rutin. Sebelum memasuki lingkungan kampus, mereka harus melakukan cek suhu tubuh dan scan barcode dengan aplikasi Peduli Lindungi.  

Di kabarkan mahasiswa yang hadir di kampus hanya di perbolehkan 50% saja,  untuk sisanya bisa mengikuti pembelajaran via online atau live streaming. Pemerintah  menerapkan pembelajaran tatap muka dengan metode Hybrid Learning, agar mahasiswa tidak mengalami keresahan saat melaksanakan perkuliahan di masa pandemi Covid-19. Dengan adanya metode ini diharapkan sitem perkuliahan di kampus Universitas 17 Agustus bisa efektif. Karena masih banyak terlihat pro-kontra antara mahasiswa yang setuju dan tidak setuju dengan adanya perkuliahan tatap muka.

Menurut Novi mahasiswi Prodi Ekonomi Akutansi, dengan adanya metode Hybrid Learning ini kurang efektif, karena jika ada yang rumahnya jauh menurutnya sangat membingungkan. “Kalau saya sendiri lebih suka kuliah offline karena bisa bertemu langsung dengan dosen dan teman-teman, untuk mata kuliahnya sendiri saya lebih paham jika offline daripada online” ungkap Novi.

Selain Novi, tanggapan lain disampaikan oleh Haurilya mahasiswi Prodi Psikologi. Dia juga mengungkapkan “jika kuliah dengan metode Hybrid Learning ini dilakukan, maka bisa memberi kesempatan bagi siswa bisa bertemu teman- teman dan dosen secara langsung. Mereka juga bisa merasakan gimana rasanya kuliah offline bagi mahasiswa yang belum pernah mengikuti kuliah offline. Untuk batasan mahasiswa yang mengikuti kelas offline di kelas kurang lebih sebanyak 20-25 orang” ungkap Haurilya (SW).

Tags informasi