Jl. Semolowaru no. 45 Surabaya
Jl. Semolowaru no. 45 Surabaya
Apr
Masih ingatkah kalian kasus Audrey yang sempat ramai dan menjadi salah satu topik terpopuler di twitter? Kasus ini sempat ramai di tahun 2019 dengan tagar #JusticeForAudrey. Dikabarkan Audrey siswi SMP di Pontianak yang sempat menjadi korban pengeroyokan sejumlah siswi SMA. Entah apa motif dari Audrey hingga sempat menghebohkan dunia maya dengan mencari sensasi. Apa yang telah dilakukan Audrey adalah salah satu tindakan tidak terpuji karena telah membuat gaduh masyarakat Indonesia, mereka menyebut Audrey sedang melakukan prank.
Tak bisa dipungkiri bahwa internet menjadi salah satu lahan penyebaran hoaks. Dari kasus tersebut setidaknya masyarakat bisa belajar bahwa informasi yang ada di internet tidak sepenuhnya valid, karena bisa saja mengandung kebohongan yang menyebabkan efek yang fatal. Maka dari itu dalam menerima berita, seseorang perlu mencerna informasi tersebut dan memastikan validitas berita tersebut.
Seseorang mudah termakan isu hoaks karena cenderung menerima informasi dengan Cuma-Cuma, tidak melakukan filter terhadap informasi tersebut. Itulah pentingnya menggunalan penalaran. Nalar kritis kita bisa dibangun dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Untuk memiliki nalar kritis kita membutuhkan suatu kegiatan literasi seperti contohnya membaca. Literasi memiliki arti kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi saat membaca dan menulis. Termasuk dalam memahami berita-berita yang beredar di internet, perlu kemampuan literasi digital dalam melakukan filter pada konten-konten yang beredar.
Dalam menghadapi exposure berita-berita di internet. Adapun cara dalam menghalau hoax tersebut. Pertama berhati-hatilah dalam membaca judul yang terlihat provokatif. Hal yang paling mudah kita simpulkan sebuah informasi itu hoaks atau tidak dari judulnya, biasanya berita hoaks menggunakan judul provokatif dan sensasional agar pembaca ikut terpancing.
Kedua, cermatilah alamat situs, kita bisa menggali informasi lebih dalam dari situs tersebut. Apakah situs tersebut bisa dipertanggung jawabkan atau tidak.
Ketiga, periksa fakta. Perhatikan sumber dari informasi tersebut, apakah mengandung fakta atau sekedar rekayasa. Jika informasi berasal dari politukus, ormas, dan pengamat sebaiknya jangan mudah dipercaya karena mereka bukanlah sumber yang “netral”.
Keempat, cek keaslian foto. Ada banyak informasi yang tidak menggunakan foto asli melainkan menggunakan foto orang lain dan tidak sesuai dengan konteksnya, dalam artian tidak ada hubungan anatar isi berita dan foto.
Jadi, kalian jangan mudah terpancing berita hoaks ya! (SW)