Jl. Semolowaru no. 45 Surabaya
Jl. Semolowaru no. 45 Surabaya
Jun
Tiga
mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, yakni Moch
Dzikry Nur Alam, Suci Septiani, dan Syahrial Fathur, berhasil meraih Bronze
Medal dalam ajang Faperta Fair 7 yang diselenggarakan oleh Universitas Dhyana
Pura dan Sentosa Foundation di Bali pada 10–11 Mei 2025. Dalam kompetisi
bertema Futuristic and Prestige Research
Technology and Art tersebut, mereka mengangkat isu lingkungan melalui
sebuah poster ilmiah berjudul “Buddan
dalam Krisis.”
Karya
mereka berangkat dari kenyataan yang terjadi di Desa Buddan, Bangkalan, Madura.
Di desa itu, terjadi konflik antara manusia dan satwa liar, terutama monyet
ekor panjang (Macaca fascicularis).
Saat musim kemarau datang dan sumber makanan alami berkurang, kawanan monyet
ini masuk ke kebun warga untuk mencari buah, terutama rambutan. Akibatnya,
warga mengalami kerugian yang tidak sedikit, bahkan bisa mencapai jutaan rupiah
setiap musim panen. Fenomena ini menjadi bukti bahwa hubungan antara manusia
dan alam di desa tersebut tidak lagi seimbang.
Demi
memahami permasalahan secara utuh, ketiganya melakukan observasi langsung ke
lokasi. Mereka menyeberang ke Pulau Madura, menyamar seperti warga lokal, dan
berbincang langsung dengan masyarakat, pemilik tambang, serta korban dari
konflik tersebut. Perjalanan ini mereka lakukan dengan kehati-hatian, karena
wilayah yang mereka kunjungi sempat ditandai sebagai daerah rawan kriminal di
aplikasi peta digital. Namun, semua risiko itu mereka hadapi demi memperoleh
data yang akurat.
Lewat
poster yang mereka buat, tim ini menjelaskan bahwa konflik antara manusia dan
monyet di Desa Buddan bukan semata karena agresivitas satwa, melainkan akibat
rusaknya habitat alami mereka. Pertambangan, pembangunan rumah, warung, hingga
kafe di sekitar hutan menjadi penyebab utama berkurangnya ruang hidup satwa
liar. Ketika manusia mengambil alih ruang tersebut, satwa pun beradaptasi
dengan masuk ke wilayah pemukiman. Mereka tidak jahat, hanya bertahan hidup.
Pesan
utama yang ingin disampaikan melalui karya ini adalah pentingnya menjaga
keseimbangan ekosistem. Kesadaran sederhana seperti tidak membuang sampah
sembarangan di hutan dapat memberi dampak besar. Salah satu temuan mereka
adalah banyaknya warga yang membuang sisa makanan di hutan, yang akhirnya
mengajarkan monyet-monyet untuk mengasosiasikan manusia dengan sumber makanan.
Dari situ, konflik pun tak terhindarkan.
Meski
dibuat untuk kepentingan lomba, ketiganya mengaku ingin mengembangkan karya ini
lebih jauh. Mereka berharap bisa melanjutkan penelitian, mungkin dengan
pendekatan teknologi atau kampanye digital di masa depan. Dalam proses
pembuatan poster, pembagian tugas berjalan lancar. Dzikry sebagai konseptor,
Suci mengelola dokumentasi dan data, sementara Syahrial menjadi jembatan
komunikasi dengan masyarakat selama observasi.
Bagi
mereka, pencapaian ini bukan sekedar prestasi akademik, tapi wujud nyata dari
prinsip untuk menjadi mahasiswa yang bermanfaat. Syahrial mengungkapkan bahwa
ia ingin segala yang ia lakukan bisa berdampak baik bagi orang lain. Ia percaya
bahwa setiap langkah kecil, seperti menyuarakan isu lingkungan lewat sebuah
poster, bisa menjadi pemicu perubahan yang lebih besar. Mereka juga sepakat
bahwa keberhasilan orang lain tidak seharusnya dijadikan perbandingan,
melainkan motivasi.
Melalui
karya “Buddan dalam Krisis”, ketiganya mengajak kita semua untuk lebih peka
terhadap suara alam. Karena pada akhirnya, lingkungan bukan hanya tempat
tinggal makhluk hidup, tetapi juga cermin dari cara kita memperlakukan dunia. (Nur Syakbana)