04

Jun

Gabung ECOTON, Mahasiswa Ilmu Komunikasi jadi Komunikator Peduli Lingkungan

Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (UNTAG SBY) menjalani pengalaman magang yang berbeda dari biasanya. Dua mahasiswa semester 6, Audamar Maulana dan Ika Viyanti, membagikan cerita mereka selama mengikuti program magang di ECOTON, sebuah lembaga yang bergerak di bidang konservasi lingkungan dan edukasi masyarakat. Tidak hanya belajar soal komunikasi, mereka juga terlibat langsung dalam aksi nyata menjaga kelestarian lingkungan.

Audamar mengisahkan bahwa selama magang, ia tidak hanya duduk di belakang meja atau mengerjakan tugas rutin. Ia sempat menjadi talent dalam produksi video, menulis jurnal, serta ikut dalam kegiatan ronda atau susur sungai untuk memantau kualitas air yang terkena limbah pabrik. “Nggak ada jobdesk tetap, jadi kami bener-bener belajar banyak hal. Seru dan menantang!” ungkapnya. Sementara itu, Ika juga merasakan pengalaman yang tidak kalah menarik. Ia belajar membuat artikel jurnal ilmiah yang bisa dipublikasikan, menulis artikel media massa yang kredibel, hingga mempelajari cara mengelola media sosial secara efektif agar pesan yang disampaikan dapat diterima masyarakat luas. “Di luar ekspektasi sih, banyak ilmu baru yang aku dapet, dari yang teknis sampai ke cara komunikasi yang lebih luas,” ujar Ika.

Dukungan dari pihak kampus pun sangat terasa. Program studi Ilmu Komunikasi UNTAG SBY memberikan bimbingan melalui dosen pembimbing dan melakukan konversi mata kuliah agar mahasiswa dapat fokus menjalani program magang tanpa khawatir tertinggal akademik. Kehadiran dosen pembimbing dinilai sangat penting karena mahasiswa bisa berkonsultasi jika mengalami kebingungan atau butuh arahan terkait kegiatan magang. Menurut Ika, dosen pembimbing sangat membantu dalam menjembatani komunikasi antara kampus dan lokasi magang.

Ilmu yang mereka dapatkan selama kuliah juga sangat berguna di lapangan. Audamar mengaku sering menerapkan kemampuan public speaking dan teknik produksi konten media. Sedangkan Ika lebih banyak menggunakan keterampilan komunikasi antarpribadi dalam berdiskusi dengan sesama peserta magang, karyawan ECOTON, hingga founder lembaga tersebut. Pengalaman ini membuktikan bahwa ilmu komunikasi sangat fleksibel dan bisa diterapkan dalam berbagai konteks, termasuk dalam kegiatan lingkungan.

Meski penuh manfaat, mereka juga menghadapi tantangan yang cukup besar. Audamar menuturkan bahwa ia harus cepat beradaptasi dengan materi baru di luar ilmu komunikasi, seperti pemahaman mengenai limbah, peraturan hukum terkait pencemaran sungai, hingga kondisi lingkungan yang kompleks. Hal tersebut menuntut mereka untuk cepat belajar dan mampu bekerja sama dengan tim lintas disiplin. Ika menambahkan bahwa pengalaman ini memperluas jaringan relasi dan memberinya pemahaman baru tentang pentingnya kolaborasi antarbidang dalam menyelesaikan masalah sosial.

Keduanya berharap agar kerja sama antara Prodi Ilmu Komunikasi UNTAG SBY dengan ECOTON dapat terus berlanjut. Menurut mereka, pengalaman magang seperti ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar langsung dari lapangan, mengasah keterampilan praktis, dan yang tak kalah penting, meningkatkan kesadaran terhadap isu-isu lingkungan. “Banyak banget ilmu yang nggak diajarin di kelas, tapi bisa kita dapat di ECOTON,” kata Audamar. “Semoga kerjasamanya lanjut terus sampai tahun-tahun berikutnya. Sayang banget kalau kesempatan kaya gini cuma sekali,” tutup Ika.

Melalui program magang ini, mahasiswa tidak hanya belajar menjadi komunikator yang baik, tetapi juga menjadi agen perubahan yang peduli terhadap lingkungan. Ini menjadi bukti bahwa pendidikan dan gerakan sosial bisa berjalan beriringan demi menciptakan masa depan yang lebih baik.(Alfina Sutanti)