Jl. Semolowaru no. 45 Surabaya
Jl. Semolowaru no. 45 Surabaya
Jun
Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (UNTAG SBY) menjalani pengalaman magang
yang berbeda dari biasanya. Dua mahasiswa semester 6, Audamar Maulana dan Ika
Viyanti, membagikan cerita mereka selama mengikuti program magang di ECOTON,
sebuah lembaga yang bergerak di bidang konservasi lingkungan dan edukasi
masyarakat. Tidak hanya belajar soal komunikasi, mereka juga terlibat langsung
dalam aksi nyata menjaga kelestarian lingkungan.
Audamar mengisahkan bahwa selama magang, ia
tidak hanya duduk di belakang meja atau mengerjakan tugas rutin. Ia sempat
menjadi talent dalam produksi video, menulis jurnal, serta ikut dalam kegiatan
ronda atau susur sungai untuk memantau kualitas air yang terkena limbah pabrik.
“Nggak ada jobdesk tetap,
jadi kami bener-bener belajar banyak hal. Seru dan menantang!” ungkapnya.
Sementara itu, Ika juga merasakan pengalaman yang tidak kalah menarik. Ia
belajar membuat artikel jurnal ilmiah yang bisa dipublikasikan, menulis artikel
media massa yang kredibel, hingga mempelajari cara mengelola media sosial
secara efektif agar pesan yang disampaikan dapat diterima masyarakat luas. “Di
luar ekspektasi sih, banyak ilmu baru yang aku dapet, dari yang teknis sampai
ke cara komunikasi yang lebih luas,” ujar Ika.
Dukungan dari pihak kampus
pun sangat terasa. Program studi Ilmu Komunikasi UNTAG SBY memberikan bimbingan
melalui dosen pembimbing dan melakukan konversi mata kuliah agar mahasiswa
dapat fokus menjalani program magang tanpa khawatir tertinggal akademik.
Kehadiran dosen pembimbing dinilai sangat penting karena mahasiswa bisa
berkonsultasi jika mengalami kebingungan atau butuh arahan terkait kegiatan
magang. Menurut Ika, dosen pembimbing sangat membantu dalam menjembatani
komunikasi antara kampus dan lokasi magang.
Ilmu yang mereka dapatkan
selama kuliah juga sangat berguna di lapangan. Audamar mengaku sering
menerapkan kemampuan public speaking dan teknik produksi konten media.
Sedangkan Ika lebih banyak menggunakan keterampilan komunikasi antarpribadi
dalam berdiskusi dengan sesama peserta magang, karyawan ECOTON, hingga founder
lembaga tersebut. Pengalaman ini membuktikan bahwa ilmu komunikasi sangat
fleksibel dan bisa diterapkan dalam berbagai konteks, termasuk dalam kegiatan
lingkungan.
Meski penuh manfaat,
mereka juga menghadapi tantangan yang cukup besar. Audamar menuturkan bahwa ia
harus cepat beradaptasi dengan materi baru di luar ilmu komunikasi, seperti
pemahaman mengenai limbah, peraturan hukum terkait pencemaran sungai, hingga kondisi
lingkungan yang kompleks. Hal tersebut menuntut mereka untuk cepat belajar dan
mampu bekerja sama dengan tim lintas disiplin. Ika menambahkan bahwa pengalaman
ini memperluas jaringan relasi dan memberinya pemahaman baru tentang pentingnya
kolaborasi antarbidang dalam menyelesaikan masalah sosial.
Keduanya berharap agar
kerja sama antara Prodi Ilmu Komunikasi UNTAG SBY dengan ECOTON dapat terus
berlanjut. Menurut mereka, pengalaman magang seperti ini memberikan kesempatan
bagi mahasiswa untuk belajar langsung dari lapangan, mengasah keterampilan praktis,
dan yang tak kalah penting, meningkatkan kesadaran terhadap isu-isu lingkungan.
“Banyak banget ilmu yang nggak diajarin di kelas, tapi bisa kita dapat di
ECOTON,” kata Audamar. “Semoga kerjasamanya lanjut terus sampai tahun-tahun
berikutnya. Sayang banget kalau kesempatan kaya gini cuma sekali,” tutup Ika.
Melalui program magang
ini, mahasiswa tidak hanya belajar menjadi komunikator yang baik, tetapi juga
menjadi agen perubahan yang peduli terhadap lingkungan. Ini menjadi bukti bahwa
pendidikan dan gerakan sosial bisa berjalan beriringan demi menciptakan masa
depan yang lebih baik.(Alfina Sutanti)