08

Jul

Dosen Ilkom Untag Paparkan Riset Reuters Di 2nd Anniversary Harian Disway

Pada Hari Selasa, 05/07/22 lalu, Harian Disway merayakan ulang tahun yang ke-2 secara terbuka di kantor Harian Disway Jl. Walikota Mustajab No.76, Surabaya. Dalam ulang tahun kedua dengan tema Karya Karsa Nawala (KKN) tersebut, media yang baru berdiri pada masa pandemic, yaitu sejak 2020 tersebut dihadiri oleh masyarakat luas, dari Plt Gubernur Jawa Timur Dr. Emil Elestianto Dardak, B.Bus., M.Sc, wakil walikota Surabaya Armudji, hingga mahasiswa-mahasiswa turut serta memeriahkan acara tersebut.

Salah satu dosen Ilkom Untag Dinda Lisna Amilia S.Sos, MA menjadi pemateri dalam talkshow bertajuk ‘Is Mass Media Still Sexy?”, dalam pemaparannya Dinda memaparkan hasil riset dari Reuters Digital News Report 2022. Dari hasil riset tersebut, diketahui presentase cara masyarakat Indonesia dalam mengakses melalui membaca mencapai 69% membaca, sedangkan akses berita dengan cara menonton mencapai 12% menonton, dan 16% orang Indonesia mengakses berita menggunakan kedua cara yaitu membaca dan menonton.

Dinda juga menjelaskan terkait sorotan Reuters Digital News Report 2022, yaitu fenomena news avoidance atau kondisi masyarakat yang menghindari berita yang terjadi di sejumlah negara, seperti Inggris, Australia, Jepang, Amerika Serikat. Di Indonesia sendiri ada meskipun prosentasenya belum tinggi. Ada tiga faktor tertinggi yang membuat fenomena news avoidance ini, yaitu terlalu banyak berita politik dan covid-19, membaca berita bisa menurunkan mood, dan berita yang beredar kurang bisa dipercaya dan repetitive (terlalu banyak pengulangan tema berita di media-media massa).

Wujud media massa sendiri sebenarnya masih bisa dibilang seksi, baik dalam bentuk media elektronik, cetak, maupun online. Media massa masih memiliki nilai daya tawar di masyarakat. Oleh karena itu, banyak media massa yang mulai membuka open platform alias masyarakat awam bisa mengunggah tulisan mereka untuk dikurasi alias dimuat oleh media massa tersebut. “Media massa bisa dikatakan seksi bila saat menyediakan open platform yang dikurasi dengan standart yang bagus. Meski standarnya tidak selevel jurnalisme, tapi paling tidak validitas berita yang dimuat dalam open platform tersebut bisa dipertanggungjawabkan,” ujar Dinda yang pernah menjadi jurnalis di bidang Pendidikan dan Kesehatan tersebut. (Cantika)